Tanggal 5 Desember 2015, gua bersama dengan teman-teman yang lain (sebagian besar anak Indo di Wenzao bersama dengan teman Taiwan dan Vietnam) mengunjungi 3 Gereja yang ada di Pintung. Gereja yang kami kunjungi ini sangatlah menarik. Yang menjadi daya tarik dari ketiga Gereja ini adalah Gereja ini memiliki gaya dari suku Paiwan yang ada di Pintung. Suku Paiwan merupakan salah satu dari 16 suku yang ada di Taiwan. Suku-suku ini merupakan masyarakat lokal Taiwan (Taiwan Indigenous). Gereja pertama yang kami kunjungi adalah Gereja St. Fatima.
Kenampakan Altar Gereja St. Fatima |
Patung Bunda Maria Gereja St. Fatima |
Apabila kita melihat kenampakan Altar dari Gerja St. Fatima ini, kita bisa melihat ada 3 buah lamu yang menggantung di langit-langit altar. Lampu ini melambangkan pribadi Allah sendiri sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tiga lampu yang melambangkan pribadi Allah ini dikelilingi oleh 12 buah lampu kecil. Lampu-lampu kecil ini melambangkan 12 murid Yesus. Dari 12 lampu yang menyala menerangi Altar ini, hanya 1 lampu yang sengaja dimatikan atau tidak dinyalakan. Hal ini melabangkan 1 murid Yesus, Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus dengan menjual Yesus.
Tour Guide Gereja St. Fatima Bersama Dengan Guru Qiu |
Bunda Maria yang mengenakan pakaian adat dari suku Paiwan melambangkan bahwa suku Paiwan menerima Bunda Maria sebagai bagian dari suku ini, dan menjadikan Bunda Maria sebagai ratu. Hal ini dikarenakan pakaian yang dikenakan oleh Bunda Maria hanya dapat dikenakan oleh ratu atau kepala suku Paiwan ini. Di Belakang Bunda Maria terdapat hiasan kayu seperti cahaya. Hiasan kayu ini melambangkan Cahaya Kristus yang menerangi Bunda Maria sebagai ratu diantara warga suku Paiwan.
Photo by Pricillia Iskandar |
Salib besar yang berada di tengah-tengah Altar ini juga merupakan salah satu hal yang unik yang dapat dijelaskan. Karena Salib memiliki 4 bagian (kanan, kiri, atas dan bawah) setiap sudut dari Salib ini mempunyai lambang-lambang yang memiliki arti tersendiri. Lambang-lambang ini mewakili ke-empat Injil yang terdapat dalam Alkitab (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dengan lambangnya masing-masing).
Ukiran tali yang terdapat di dinding Altar melambangkan perjamuan terakhir Yesus bersama dengan murid-murid-Nya. Hal ini dilambangkan jelas dengan adanya ukiran tali yang terdapat 5 roti dan 2 ikan. Disamping itu, kita juga dapat melihat sebuah kursi berbentuk elang dengan beralaskan bulu untuk duduk. Kursi ini melambangkan kedudukan tertinggi dari suku Paiwan. Tidak sembarang orang dapat menduduki kursi ini. Hanya Raja atau kepala suku lah yang dapat menduduki kursi ini. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat dari suku Paiwan menerima dan memberikan Tuhan Yesus kedudukan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, hal ini juga melambangkan bahwa Yesuslah satu-satunya raja yang tertinggi dalam dunia ini.
Ketika kami semua mengunjungi Gereja St. Fatima ini, kami merupakan salah satu pengunjung yang beruntung dikarenakan pada hari ini terdapat pernikahan adat dari suku Paiwan. Hal ini sangat jarang ditemui ketika kami berkunjung ke tempat-tempat masyarakat lokal Taiwan. Perayaan pesta pernikahan diadakan sangat meriah. Pakaian adat yang dikenakan pun sangat mirip dengan pakaian adat yang ada di Indonesia loh!
Setelah mengunjungi Gereja St. Fatima, perjalanan dilanjutkan menuju Gereja St. John Vianney yang letaknya tidak jauh dari Gereja St. Fatima. Gereja ini juga merupakan Gereja dari masyarakat suku Paiwan. Semboyan unik yang ada di suku Paiwan ini adalah: ketika seseorang memasuki dan tinggal di suku Paiwan, maka mereka juga menjadi salah satu bagian dari suku Paiwan. Begitupun juga Tuhan Yesus yang datang untuk suka Paiwan maka Tuhan Yesus pun juga bagian dari suku Paiwan. Jadi, patung-patung Yesus atau Malaikat maupun Bunda Maria menggunakan pakaian adat dari suku Paiwan.
Kenampakan Luar dari Gereja St. John Vianney Photo by Pricillia Iskandar |
Photo by Pricillia Iskandar |
Photo by Pricillia Iskandar |
Apabila kita melihat di depan Altar dari Gereja St. John Vianney ini terdapat sebuah kolam dengan ikan di dalamnya. Alkisah menceritakan bahwa ikan yang ada di kolam ini dulunya hanya ada sedikit dan dalam jangka waktu tertentu, ikan-ikan yang ada di dalam kolam bertambah jumlahnya menjadi banyak. Hal ini membuktikan bahwa air yang ada di dalam kolam ini merupakan "Air Kehidupan" yang diberikan Allah sendiri kepada ikan-ikan yang ada di dalamnya. Hal ini juga melambangkan bahwa air ini juga merupakan air kehidupan bagi umat manusia yang ada di bumi ini. Di dalam kolam terdapat sebuah kotak berisikan air suci. Air suci ini dapat digunakan ketika ada warga sekitar yang ingin dibaptis dan juga dapat digunakan pada saat malam paskah untuk memberkati lilin paskah.
Photo by Pricillia Iskandar |
Kita juga dapat melihat 3 buah huruf yang terletak di depan Atar ini. JHS yang memiliki arti tersendiri bagi Gereja Katoik. J = Jesus, H = Human, S = Savior ketika ketiga huruf ini digabungkan memiliki arti Jesus Human Savior atau juga bisa disebut dengan Yesus adalah Penyelamat umat Manusia. Selain JHS terkadang juga kita dapat melihat IHS yang memiliki arti yang sama, perbedaan yang dapat diartikan adalah I = Immanuel.
Yesus yang ada di belakang Altar dan terukir di dinding adalah Yesus yang telah datang dan bergabung bersama dengan suku Paiwan. Seperti pedoman yang digunakan oleh suku Paiwan yang telah dijelaskan sebelumnya. Di samping ukiran Yesus terdapat ukiran 12 murid yang setia mengikuti perjalanan hidup Yesus sampai Ia wafat di kayu Salib. Yang unik dari ukiran ini adalah ketika kita melihat dari dekat, ukiran salah satu murid Yesus, Yudas Iskariot diukir dengan kepala yang terpisah dari tubuh. Hal ini disebabkan karena Yudaslah yang mengkhianati Yesus dan pada akhirnya ia mengakhiri hidpunya sendiri. Hal ini juga mau mengingatkan warga dari suku Paiwan bahwa dalam menjalani hidup di dunia ini, kita tidak boleh seperti Yudas Iskariot.
Setelah selesai mengunjungi Gereja St. John Vianney, perjalanan kami lanjutkan menuju Gereja Katedral yang ada di Pintung. Gereja ini merupakan pusat dari agama Katolik yang ada di Pintung. Pada saat kita mengunjungi Gereja ini, tidak ada local guide yang mendampingi dikarenakan seluruh umat dan pengurus Gereja sedang mempersiapkan acara untuk festival tahun baru liturgi esok harinya. Gereja Katedral ini merupakan salah satu tourism object yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi turis asing maupun lokal.
|
Photo by Pricillia Iskandar |
|
Dikarenakan Gereja ini merupakan salah satu tourism object yang terkenal, maka di luar Gereja ini banyak sekali yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Dapat dikatakan bahwa penjual makanan yang ada di sekitaran Gereja ini sebagai pasar malam kecil yang ada di Pintung (bukanya siang yah tapi..hehehe..). Dikarenakan hari ini gua lagi pengen makan es krim jadi yaah gua beli aja deh 1 cone es krim yang ada di persis sebrang Gereja.
Setelah ini perjalanan kami lanjutkan menuju museum Alkitab yang ada di Pintung. Museum Alkitab ini merupakan salah satu museum yang ada di Gereja Kristen terbesar dan menjadi pusat dari Gereja Kristen yang ada di Pintung. Museum ini belum lama dibangun loh. Museum ini baru dibangun sekitar 3 tahun yang lalu dan selalu memenangkan lomba bangunan museum termegah selama 3 tahun berturut-turut. Di dalam museum ini tersimpan berbagai macam Alkitab dari berbagai macam bahasa yang ada di dunia. Tujuan utama dari museum ini adalah untuk mengumpulkan seluruh Alkitab yang ada di dunia termasuk Alkitab yang menggunakan bahasa daerah dari setiap daerah yang ada di dunia. (ada Alkitab bahasa Indonesia juga lohh..hehehe..).
Special Thanks to : Pricillia Iskandar yang sudah membantu photo-photo pada perjalanan kali ini.