Rabu, 09 Desember 2015

Wisata 3 Gereja Pintung - Pintung 3 Churches Pilgrim - 屏東三家教堂

          Tanggal 5 Desember 2015, gua bersama dengan teman-teman yang lain (sebagian besar anak Indo di Wenzao bersama dengan teman Taiwan dan Vietnam) mengunjungi 3 Gereja yang ada di Pintung. Gereja yang kami kunjungi ini sangatlah menarik. Yang menjadi daya tarik dari ketiga Gereja ini adalah Gereja ini memiliki gaya dari suku Paiwan yang ada di Pintung. Suku Paiwan merupakan salah satu dari 16 suku yang ada di Taiwan. Suku-suku ini merupakan masyarakat lokal Taiwan (Taiwan Indigenous). Gereja pertama yang kami kunjungi adalah Gereja St. Fatima.

Kenampakan Altar Gereja St. Fatima

Patung Bunda Maria Gereja St. Fatima
          Apabila kita melihat kenampakan Altar dari Gerja St. Fatima ini, kita bisa melihat ada 3 buah lamu yang menggantung di langit-langit altar. Lampu ini melambangkan pribadi Allah sendiri sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tiga lampu yang melambangkan pribadi Allah ini dikelilingi oleh 12 buah lampu kecil. Lampu-lampu kecil ini melambangkan 12 murid Yesus. Dari 12 lampu yang menyala menerangi Altar ini, hanya 1 lampu yang sengaja dimatikan atau tidak dinyalakan. Hal ini melabangkan 1 murid Yesus, Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus dengan menjual Yesus.

Tour Guide Gereja St. Fatima Bersama Dengan Guru Qiu

          Bunda Maria yang mengenakan pakaian adat dari suku Paiwan melambangkan bahwa suku Paiwan menerima Bunda Maria sebagai bagian dari suku ini, dan menjadikan Bunda Maria sebagai ratu. Hal ini dikarenakan pakaian yang dikenakan oleh Bunda Maria hanya dapat dikenakan oleh ratu atau kepala suku Paiwan ini. Di Belakang Bunda Maria terdapat hiasan kayu seperti cahaya. Hiasan kayu ini melambangkan Cahaya Kristus yang menerangi Bunda Maria sebagai ratu diantara warga suku Paiwan. 

Photo by Pricillia Iskandar
          Salib besar yang berada di tengah-tengah Altar ini juga merupakan salah satu hal yang unik yang dapat dijelaskan. Karena Salib memiliki 4 bagian (kanan, kiri, atas dan bawah) setiap sudut dari Salib ini mempunyai lambang-lambang yang memiliki arti tersendiri. Lambang-lambang ini mewakili ke-empat Injil yang terdapat dalam Alkitab (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dengan lambangnya masing-masing). 


          Ukiran tali yang terdapat di dinding Altar melambangkan perjamuan terakhir Yesus bersama dengan murid-murid-Nya. Hal ini dilambangkan jelas dengan adanya ukiran tali yang terdapat 5 roti dan 2 ikan. Disamping itu, kita juga dapat melihat sebuah kursi berbentuk elang dengan beralaskan bulu untuk duduk. Kursi ini melambangkan kedudukan tertinggi dari suku Paiwan. Tidak sembarang orang dapat menduduki kursi ini. Hanya Raja atau kepala suku lah yang dapat menduduki kursi ini. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat dari suku Paiwan menerima dan memberikan Tuhan Yesus kedudukan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, hal ini juga melambangkan bahwa Yesuslah satu-satunya raja yang tertinggi dalam dunia ini. 


          Ketika kami semua mengunjungi Gereja St. Fatima ini, kami merupakan salah satu pengunjung yang beruntung dikarenakan pada hari ini terdapat pernikahan adat dari suku Paiwan. Hal ini sangat jarang ditemui ketika kami berkunjung ke tempat-tempat masyarakat lokal Taiwan. Perayaan pesta pernikahan diadakan sangat meriah. Pakaian adat yang dikenakan pun sangat mirip dengan pakaian adat yang ada di Indonesia loh!




          Setelah mengunjungi Gereja St. Fatima, perjalanan dilanjutkan menuju Gereja St. John Vianney yang letaknya tidak jauh dari Gereja St. Fatima. Gereja ini juga merupakan Gereja dari masyarakat suku Paiwan. Semboyan unik yang ada di suku Paiwan ini adalah: ketika seseorang memasuki dan tinggal di suku Paiwan, maka mereka juga menjadi salah satu bagian dari suku Paiwan. Begitupun juga Tuhan Yesus yang datang untuk suka Paiwan maka Tuhan Yesus pun juga bagian dari suku Paiwan. Jadi, patung-patung Yesus atau Malaikat maupun Bunda Maria menggunakan pakaian adat dari suku Paiwan.

Kenampakan Luar dari Gereja St. John Vianney
Photo by Pricillia Iskandar
          Setiap benda yang diletakkan pada Gereja St. John Vianney ini jua memiliki arti dan makna tersendiri. Hal ini akan gua jelaskan lebih lanjut setelah kalian melihat gambar interior dari Gereja ini.
Photo by Pricillia Iskandar

Photo by Pricillia Iskandar


          Apabila kita melihat di depan Altar dari Gereja St. John Vianney ini terdapat sebuah kolam dengan ikan di dalamnya. Alkisah menceritakan bahwa ikan yang ada di kolam ini dulunya hanya ada sedikit dan dalam jangka waktu tertentu, ikan-ikan yang ada di dalam kolam bertambah jumlahnya menjadi banyak. Hal ini membuktikan bahwa air yang ada di dalam kolam ini merupakan "Air Kehidupan" yang diberikan Allah sendiri kepada ikan-ikan yang ada di dalamnya. Hal ini juga melambangkan bahwa air ini juga merupakan air kehidupan bagi umat manusia yang ada di bumi ini. Di dalam kolam terdapat sebuah kotak berisikan air suci. Air suci ini dapat digunakan ketika ada warga sekitar yang ingin dibaptis dan juga dapat digunakan pada saat malam paskah untuk memberkati lilin paskah.

Photo by Pricillia Iskandar
          Kita juga dapat melihat 3 buah huruf yang terletak di depan Atar ini. JHS yang memiliki arti tersendiri bagi Gereja Katoik. J = Jesus, H = Human, S = Savior ketika ketiga huruf ini digabungkan memiliki arti Jesus Human Savior atau juga bisa disebut dengan Yesus adalah Penyelamat umat Manusia. Selain JHS terkadang juga kita dapat melihat IHS yang memiliki arti yang sama, perbedaan yang dapat diartikan adalah I = Immanuel. 

          Yesus yang ada di belakang Altar dan terukir di dinding adalah Yesus yang telah datang dan bergabung bersama dengan suku Paiwan. Seperti pedoman yang digunakan oleh suku Paiwan yang telah dijelaskan sebelumnya. Di samping ukiran Yesus terdapat ukiran 12 murid yang setia mengikuti perjalanan hidup Yesus sampai Ia wafat di kayu Salib. Yang unik dari ukiran ini adalah ketika kita melihat dari dekat, ukiran salah satu murid Yesus, Yudas Iskariot diukir dengan kepala yang terpisah dari tubuh. Hal ini disebabkan karena Yudaslah yang mengkhianati Yesus dan pada akhirnya ia mengakhiri hidpunya sendiri. Hal ini juga mau mengingatkan warga dari suku Paiwan bahwa dalam menjalani hidup di dunia ini, kita tidak boleh seperti Yudas Iskariot.

          Setelah selesai mengunjungi Gereja St. John Vianney, perjalanan kami lanjutkan menuju Gereja Katedral yang ada di Pintung. Gereja ini merupakan pusat dari agama Katolik yang ada di Pintung. Pada saat kita mengunjungi Gereja ini, tidak ada local guide yang mendampingi dikarenakan seluruh umat dan pengurus Gereja sedang mempersiapkan acara untuk festival tahun baru liturgi esok harinya. Gereja Katedral ini merupakan salah satu tourism object yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi turis asing maupun lokal.
Photo by Pricillia Iskandar
Photo by Pricillia Iskandar

Photo by Pricillia Iskandar
          Dikarenakan Gereja ini merupakan salah satu tourism object yang terkenal, maka di luar Gereja ini banyak sekali yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Dapat dikatakan bahwa penjual makanan yang ada di sekitaran Gereja ini sebagai pasar malam kecil yang ada di Pintung (bukanya siang yah tapi..hehehe..). Dikarenakan hari ini gua lagi pengen makan es krim jadi yaah gua beli aja deh 1 cone es krim yang ada di persis sebrang Gereja.


          Setelah ini perjalanan kami lanjutkan menuju museum Alkitab yang ada di Pintung. Museum Alkitab ini merupakan salah satu museum yang ada di Gereja Kristen terbesar dan menjadi pusat dari Gereja Kristen yang ada di Pintung. Museum ini belum lama dibangun loh. Museum ini baru dibangun sekitar 3 tahun yang lalu dan selalu memenangkan lomba bangunan museum termegah selama 3 tahun berturut-turut. Di dalam museum ini tersimpan berbagai macam Alkitab dari berbagai macam bahasa yang ada di dunia. Tujuan utama dari museum ini adalah untuk mengumpulkan seluruh Alkitab yang ada di dunia termasuk Alkitab yang menggunakan bahasa daerah dari setiap daerah yang ada di dunia. (ada Alkitab bahasa Indonesia juga lohh..hehehe..).




          Setelah berkunjung ke museum Alkitab, terdapat sebuah toko souvenir yang menjual banyak aksesoris dan buku-buku serta benda-benda rohani. Akhirnya gua melihat sebuah gelang yang bertuliskan WWJD yang pernah menjadi trendy pada masanya (gak tau kapan, kayaknya udah lama banget) WWJD merupakan kependekan dari What Would Jesus Do. Setelah berbelanja di toko souvenir, akhirnya kami semua kembali ke Kaohsiung dan berakhirlah perjalanan kami pada hari ini.

Special Thanks to : Pricillia Iskandar yang sudah membantu photo-photo pada perjalanan kali ini.



Sabtu, 05 Desember 2015

Taipei - 30 November 2015

          Hari kedua jalan-jalan yang tak terduga. Sebenernya hari ini adalah hari dimana tujuan gua yang sesungguhnya untuk pergi ke Taipei. Yes! Bikin Visa Korea. Sebenernya bikin visa Korea dari Taiwan gampang dan ngak ribet (untuk penjelasannya akan dijabarkan pada blog selanjutnya yah...). Hari ini sekitaran jam 09:00 gua bangun dari tempat tidur, sebenernya ini agak kesiangan dari waktu yang gua bayangkan sih (maunya bangun jam 8 jalan jam 9), segera mungkin gua berangkat dan siap-siap untuk menjalani hari ini. Kantor Perwakilan Korea Selatan di Taipei adanya di gedung sebelah Taipei 101, Taiwan yang dapat ditempuh dengan MRT sampai Stasiun Taipei 101/World Trade Center (Line 2 ambil arah Xiang Shan).

Struk Pembuatan Visa Korea Selatan

          Taipei 101 merupakan landmark yang sangat terkenal di Taiwan. Kalo di Indonesia punya monas, naah di Taipei ada Taipei 101. Taipei 101 merupakan gedung tertinggi yang ada di Taipei. Sesuai dengan namanya, banyaknya lantai dari gedung ini adalah 101 lantai. Yang menarik dari gedung ini adalah Taipei 101 merupakan gedung pencakar langit tertinggi kedua di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai. Isi dari gedung ini adalah pusat perbelanjaan barang-barang branded seperti Louis Vuitton, Prada, Chanel dan masih banyak lagi. Sama seperti Monas yang ada di Jakarta, kita juga bisa masuk dan menaiki ruang observatorium yang ada di atas. Untuk menaiki sampai dengan lantai 96 ini kita harus merogoh TWD 450 dari kantong atau setara dengan IDR 190,000. Apabila kita sudah menaiki lantai atas, terdapat ruang observatorium dan tempat-tempat menjual souvenir. Kita juga bisa melihat batu besar yang menjaga menara berlantai 101 ini tetap berdiri kokoh sampai dengan hari ini.


          
          Setelah selesai dengan urusan pembuatan visa, segera gua memutuskan untuk pergi ke Ping Xi sebelum kembali ke Kaohsiung. Ping Xi merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Taipei. Ada 2 cara untuk mencapai objek wisata ini cara pertama dengan menggunakan Kereta, dan kedua dengan menggunakan MRT seperti biasanya. Bagi kalian yang ingin menempuh Ping Xi dengan menggunkan MRT, rute yang akan dituju adalah Stasiun Muzha (Line 1 arah ke Taipei Zoo). Setelah keluar dari pintu gerbang MRT jalan terus sampai ada penyebrangan jalan, ada halte bus naik bus nomor 795. Halte bus terdapat di depan OK Mart. Setelah naik bus, kalian bisa turun di Ping Xi Old Street. Sebenarnya banyak banget tempat yang bisa dikunjungi di sini. Tapi, karena adanya keterbatasan waktu, jadi gua cuman pergi ke Ping Xi Old Street. 





          Hal yang special dari Ping Xi adalah Lantern. Jadi, di Ping Xi kita bisa membeli dan menerbangkan lentera yang bisa ditulis sendiri sesuai dengan yang kita mau. Lentera ini bisa dibeli dengan harga TWD 150 atau setara dengan IDR 64,000 (1 warna) kalo kalian mau beli yang berwarna-warni (4 warna) bisa membayar lebih TWD 50. Setiap warna itu punya arti masing-masing loh! Jangan Takut! Selalu ada penjelasan dari arti dan makna warna setiap lentera. Jadi, sebelum kalian memilih warna lentera, para penjual memberikan selebaran yang bertuliskan makna dan arti dari masing-masing lentera. Tenang, ada bahasa Inggrisnya kok! Gua memutuskan untuk membeli lentera warna biru muda yang melambangkan pengharapan (mudah-mudahan aja ngak PHP yah...). Karena menurut gua semua warna kalo digabung yah ujung-ujungnya jadi pengharapan juga kaann...hehehe.. (bukan ngarep loh yah.)





Penerbangan Lentera di PingXi

Karena waktu itu hujan, jadi cepet-cepet lari setelah lenteranya terbang
           Karena hari ini adalah hari ulang tahun bokap, jadi yah sekalian deh ucapin selamat ulang tahun buat dia dengan cara nulis di lenteranya..hehehe.. penjelasan sedikit tentang apa yang gua tulis di lentera : Bagian pertama gua tulis "you ai" atau Bahasa Indonesianya "Ada Cinta" yaahh kalian bisa menginterpretasikan sendiri lah artinya apa. Lalu yang disebelahnya adalah "Happy Health Family" dengan menulis ini gua berharap dengan segala sesuatu yang gua punya entah itu keluarga, kerabat, sahabat maupun teman semuanya bisa menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan dan diberikan kesehatan. Bagian kedua adalah ucapan selamat ulang tahun buat bokap tercinta. Selanjutnya sisi ketiga dari lentera biru muda ini bertuliskan "bi ye shun li FRIEND" dengan menuliskan ini gua berharap semua usaha dan kerja keras yang udah gua lakukan bisa berjalan dengan baik dan berbuah manis dengan lulusnya gua dan temen-temen gua yang lain juni tahun depan (2016) nanti. Bagian terakhir di sisi lentera ini bertuliskan "VISA Cheng Gong dan Xing Fu" Semoga proses pembuatan visa berjalan dengan lancar dan "xing fu" di sini mengandung makna yang sangat dalam. Dalam bahasa mandarin Xing Fu mempunyai arti gembira yang tak pernah habis. Jadi, semoga kita semua dan semua orang yang hidup di dalam dunia ini mempunyai sukacita yang tidak berkesudahan dalam menjalani hari-hari selama hidup kita. Aminn...
So, inilah akhir dari certia perjalanan hari kedua di Taipei yang tak terduga ini. Sampai Jumpa di certia berikutnya... :) :) :)









Jumat, 04 Desember 2015

Taipei - 29 November 2015

          Yeah! Akhirnya jadi juga gua ke Taipei dengan tujuan buat bikin VISA KOREA! Tapi ya sekalian juga sih jalan2. hehehe. Setelah mengikuti upacara penyalaan lilin Natal di Gereja di Sanduo, akhirnya gua pergi ke Kaohsiung Main Station buat nunggu bus ke Taipei. Gua naik bus jam 03:15 waktu Taiwan atau sama dengan 02:15 WIB. Perjalanan dari Kaohsiung menuju Taipei kira2 ditempuh dalam waktu 5 jam perjalanan (by bus). Gua memutuskan untuk naik bus Ho Hsin dikarenakan waktu perjalanan di malam hari. Kelebihan bus Ho Hsin ini adalah kursinya yang bisa dibuat seperti telentang, dan tempat duduk yang sendiri-sendiri (jadi ngak perlu duduk berdua sama orang). Jadi, lebih nyaman daripada bus yang lainnya. Untuk harga, Kaohsiung - Taipei merogoh TWD 600 dari kocek anda. Atau kira-kira sekitar IDR 254.000 (TWD 1 = IDR 422.39). Karena berangkat dari Kaohsiung jam 03:15, jadi sampe di Taipei sekitar jam 08:15 - 08:30. Mau tau kayak apa busnya? Kayak gini nih!

Ruang Tunggu Bus Ho Hsin di Kaohsiung

Loket Penjualan Tiket Bus Ho Hsin di Kaohsiung

Tampak Depan Bus Ho Hsin 
Interior Bus Ho Hsin

TV yang isinya Film, Musik dan Video Game
Tiket Bus Ho Hsin Kaohsiung - Taipei
          Stasiun Bus di Taipei beda banget sama Stasiun Bus di Kaohsiung. Perbedaannya gak nanggung-nanggung loh. 180 derajat berbeda. Di Taipei Stasiun Bus nya lebih bagus (mungkin karena Taipei ibukota kali yah.). Stasiun bus di Taipei ini jadi satu sama Mall yang namanya Q Square. Stasiun Bus di Taipei ada di lantai 1 Mall Q Suare. Jadi, JANGAN sampe salah atau nyasar yaahh...

Stasiun Bus di Taipei - Tempat Penjualan Loket Berbagai Jenis dan Kelas Bus di Taipei (Q-Square)
          Setelah sampai di Taipei jam 08:30 segera gua berpikir mau pergi kemana, karena emang belum tau mau pergi kemana dan trip ini sebenernya ngak direncanakan sih. Tapi akhirnya gua memutuskan untuk sekedar pergi jalan-jalan ke taman yang namanya Daan Forest Park. Daan Forest Park dapat ditempuh dengan menggunakan MRT turun di Stasiun Daan Park (Line 2 kereta menuju Xiang Shan) setelah sampai di Stasiun Daan Park, ambil pintu keluar terdekat. Petunjuk yang ada di peta pintu keluar sangat jelas dan ada bahasa Inggrisnya. Jadi, jangan takut ngak ngerti. PASTI kalian ngerti! Suasana di Daan Park saat pagi sangatlah tenang, matahari pagi, pohon-pohon rindang dan kita bisa melihat banyak orang yang sedang olah raga lari pagi atau juga banyak banget a kong dan a ma yang lagi belajar jalan. Di taman ini juga ada sungai buatan yang dipenuhi sama bebek (sebenernya sih ngak tau bebek ngak tau angsa ngak tau soang.hahaha..).



Suasana di Daan Forest Park di Pagi Hari
          Setelah jalan-jalan pagi di Daan Forest Park, perut udah mulai terasa lapar, jadi gua memutuskan untuk cari makan sejenak. Karena setelah ini ada janjian buat ke Gereja bareng buat ikut Misa Kudus, jadi gua pergi ke daerah Zhong Shan District. Dari Stasiun Daan Park naik MRT sampai Stasiun Zhong Shan (Line 2 arah Tamshui) setelah keluar dari pintu keluar MRT terlihat ada sebuah restoran kecil yang dipenuhi banyak banget pengunjung. Merasa tertarik dengan pamandangan ini, jadi gua coba lah mendekat dan ternyata bener ini toko sarapan. Yah, kebetulan lah yah. Toko ini menjual banyak makanan, akhirnya gua memutuskan untuk beli "dan bing jia you tiao" dan bing itu makanan khas China yang kalo di bahasa Indonesiakan jadinya yah Omelet China. hahaha... terus you tiao itu adalah cakwe jadi kalo dan bing jia you tiao jadinya omelet china pake cakwe. Daripada penasaran, liat sendiri aja deh yah gambarnya kayak apa! Makanan yang gua beli ni ngak begitu mahal sih sebenernya, tapi kalo dibandingin sama harga makanan di Kaohsiung yah, makanan di Taipei lebih mahal sih. Hehehe.. Untuk makan pagi ini, merogoh TWD 45 dari dompet yang gua bawa atau sekitar IDR19,000 yaahh lumayan sih yah.. Tapi enak kok rasanya. Cakwe di Taiwan sama cakwe di Jakarta itu beda. Cakwe Taiwan kalo digadoin itu keras dan ngak ada rasanya beda sama cakwe yang gua makan kalo gua lagi di Jakarta lebih gurih dan empuk (mecin kali yahh....).

Ini dia makanan yang gua bilang tadi



Menu Makanan
          Setelah makan pagi dan perut udah kenyang, akhirnya gua berjalan masuk ke dalam halte MRT terus nyari pintu keluar nomor 3 buat ketemuan sama temen di sini karena mau ke Gereja bareng. Yang berbeda dan special dari Gereja yang akan kita kunjungi adalah Misa Kudus yang diadakan hari ini menggunkan bahasa Korea. Berhubung gua suka dan lagi terobsesi sama Korea, jadi yaah adalah harapan buat ikut dan nyoba gimana rasanya misa pake bahasa Korea. Tapi, apa yang gua temukan ketika sampe di depan pintu Gereja? Ini dia!

Hilang sudah harapan gua misa bahasa Korea minggu ini!
          Arti dari tulisan di atas adalah misa bahasa Korea pada hari minggu ini diadakan di luar ruangan. Nah, masalahnya adalah luar ruangannya itu dimana gua gak tau. Akhirnya gua memberanikan diri masuk ke dalam dan bertanya sama ajjuma yang ada di dalam. 
Me : Bu hao yi si, jin tian mei you misa ma? = permisi, hari ini ngak ada misa ya?
Ajjuma : Sorry, I'm Korean
Me : Oh, Sorry. There's no Mass today?
Ajjuma : Yes. The Misa is outside but I don't know where.
Me : Okay. Thank You.
Jadi, yaaaahhhh ngak jadi deh misa bahasa Korea gua minggu ini. Mungkin emang belum jodoh kali yah. Hehehe..

          Setelah ngak berhasil mengikuti misa bahasa Korea, gua memutuskan untuk melanjutkan peralanan pada hari ini. Perjalanan dilanjukan menuju Taiwan National Palace Museum. Di musium ini tersimpan banyak sekali benda-benda kuno yang tertinggal semasa sejarah China dan Taiwan. Benda-benda yang ada di dalam museum ini banyak banget dan museumnya itu besar banget. Untuk mencapai museum ini dapat menggunakan MRT. Naik MRT sampai Stasiun Shi Lin (Line 2 arah Tamshui) ambil pintu keluar nomer 1, setelah selesai dari sini bisa jalan lurus sedikit sampai ujung, ada halte bus naik bus nomer R30, 304, 225, atau 815. Jangan takut, biasanya sopir busnya ngomong pake mic kemana busnya akan pergi. Kalo kalian denger "Gu Gong Bo Wu Yuan" naik ajja terus turun di pemberhentian terakhir. 



          Setelah sampai dan turun dari bus, langsung pergi ke loket pembelian tiket. Untuk orang dewasa dan orang asing, tiket bisa dibeli dengan harga TWD 250 atau setara dengan IDR 106,000 memang kelihatannya mahal, cuman ngak akan rugi kok masuk ke sini. Koleksinya banyak banget loh. Oh ia, apabila kalian pemegang kartu pelajar internasional, cukup kasih liat kartu pelajar kalian, terus nanti akan dibimbing menuju loket pengambilan nomer. Setelah nomer diambil, ikutan antri ajja di pintu masuk, tinggal tunjukin nomer yang udah di dapat sama kartu pelajar kalian bisa masuk dengan GRATIS!


          Apa yang special dari museum ini? Banyak banget orang yang ngantri panjang di museum ini cuman buat liat sawi yang di atasnya ada belalang dan terbuat dari giok dan juga batu yang bentuknya mirip banget sama daging babi. Inilah yang special dari museum ini. Tapi yang lainnya ngak kalah menariknya kok. Benda-benda yang ada di dalam museum ini mempunya nilai sejarah yang tinggi banget loh! 



Ini Antrian yang Gua Bilang Panjang Banget
Ini yang Mau Dilihat Sama Orang yang Antri pada Gambar Di Atas



          Setelah melihat-lihat banyak koleksi bersejarah yang ada, perjalanan dilanjut menuju Hostel. Karena udah lumayan capek, jadi yaah boleh lah istirahat dulu di Hostel. Hostel yang gua pake pas traveling ke Taipei kali ini adalah Vis House. Untuk evaluasi Vis House bisa dilihat di Blog setelah ini. Setelah istirahat, perjalanan gua lanjut lagi ke Xi Men Ding. Untuk menuju Xi Men Ding bisa dengan menggunakan MRT dan turun di Stasiun Xi Men (Line 5). Xi Men Ding ini kalo di Jakarta itu kayak Pasar Baru. Di sini banyak banget menjual barang-barang kayak baju, sepatu, aksesoris, alat kecantikan, dan masih banyak lagi. Yah, kayak Pasar Barunya Jakarta lah yah. Xi Men Ding ini merupakan salah satu objek wisata yang harus dikunjungi apabila kalian pergi ke Taipei (buat belanja pastinya!) Restoran yang terkenal di sini adalah restoram toilet (tapi kali ini gua ngak makan di sini.)







          Kalian pernah denger Shilin? Ya, kalo di Jakarta mungkin ini nama makanan khas Taiwan yang jualan ayam goreng kan.. Tapi, kalo di Taipei atau di Taiwannya sendiri NGAK ADA toko yang jualan ayam goreng namanya Shilin. Kalo HOT STAR ada (Bukan Promosi loh yahh...) naahh, setelah dari Xi Men Ding gua memutuskan untuk cari makan di Pasar Malam Shi Lin ini. Cukup mudah untuk mencapai pasar malam ini dengan menggunkan MRT turun di Stasiun Shi Lin (Line 2 arah Tamshui) Stelah keluar dari pintu keluar, cukup denga berjalan 250 meter udah sampe dan kelihatan banyak rame-rame orang. Di pasar malam ini, banyak banget menjual makanan dan beragam aksesoris. Tips untuk mengunjungi pasar malam ini adalah datang di sekitaran jam 18:00 (waktu Taiwan) sampai dengan 22:00 (Waktu Taiwan) karena ketika gua dateng itu sekitar jam 23:00 kan naah itu banyak banget toko makanan yang udah tutup. Sayang banget kan kalo kalian dateng ke sini tapi udah pada tutup. 

          Makanan yang sangat terkenal di Pasar Malam Shilin ini adalah Ayam Hot Star isi keju yang ngak akan kalian dapatkan di Jakarta atau di Indonesia (tapi gua ngak beli pas kesini karena udah habis) karena ngak kedapetan ayam keju, akhirnya gua cuman beli bola ubi. Keunikan bola ubi di pasar malam Shilin ini adalah bentuknya yang besar dan di dalamnya ngak cuman ada ubi tapi juga ada talas. Karena porsi yang banyak dan besar, jadi gua cuman bisa beli Bola Ubi aja deh ngak bisa beli yang lain karena udah kenyang jadi cuman beli minum Oreo Milk Tea.










          
          Demikianlah perjalanan gua pada hari pertama di Taipei dalam rangka membuat visa Korea. Tunggu perjalanan gua berikutnya yaahhh... :) :) :)